Logika Kebencian

Logika Kebencian

<img alt="kesalahan" class="img" src="https://3.bp.blogspot.com/-0bifwu2VmiM/XC-XXacq9aI/AAAAAAAAEtQ/NBixIdf-f-wdS1gkuf7lpR92GgzwcvR9QCLcBGAs/s1600/egg-eggshell-broken-yolk.jpg" /> Kalai kamu bertanya-tanya apakah kamu benar-benar perlu memaafkan dan melupakan?, Aku tidak akan terburu-buru untuk mengatakan "ya". Aku tahu bahwa memaafkan adalah pekerjaan yang sangat sulit dan tidak mungkin mencakup setiap aspek dalam catatan singkat ini secara memadai. Bahwa sebagaian orang juga telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mencoba <a href="https://noesfil.blogspot.com/2018/12/memaafkan-atau-memendam-amarah-dendam.html" rel="dofollow" > memaafkan kesalahan</a> atas dosa besar yang telah ia terima. Bahwa ada banyak peristiwa yang tampak sulit untuk diselesaikan dengan hanya memaafkan dan melupakan.<br /> <br /> <img alt="sumber: https://www.pexels.com/id-id/" src="https://4.bp.blogspot.com/-IKi7cTMHFBk/XCwweLum95I/AAAAAAAAErY/u6NFBW1ZUFQ4yJsLKgwA0aR8etDVKAdpwCLcBGAs/s1600/pexels-photo-460211.jpeg" /> <br /> <br /> Aku tidak yakin siapa yang mengatakan ini, tetapi ini adalah pepatah lama yang kudengar beberapa kali dan itu memberikan gambaran yang adil tentang perasaan negatif di dalam hati Anda: <br /> <blockquote> Kebencian adalah situasi dimana Anda memilih untuk meminum racun namun berharap orang lain yang mati.</blockquote> Kamu melihat minimya logika dalam kalimat itu, dan itulah yang kamu lakukan ketika kamu memilih untuk tidak memaafkan. Jadi, jangan tersinggung, aku menyarankanmu untuk melihat perspektif baru untuk dipertimbangkan.<br />

Kalai kamu bertanya-tanya apakah kamu benar-benar perlu memaafkan dan melupakan?, Aku tidak akan terburu-buru untuk mengatakan "ya&qu...

Cinta Responsif terhadap Realitas

Cinta Responsif terhadap Realitas

<img alt="realitas" class="img" src="https://4.bp.blogspot.com/-Ck3WlYR37qk/XEmAINRVc5I/AAAAAAAAE2I/4FldBM1NaiYe1pMsVQU9IQGdFz1AiCNagCLcBGAs/s1600/1278620.jpeg" /> Aku setuju bahwa beberapa perbedaan bentuk cinta diperlukan. Tetapi cinta menuntut kita untuk memahami realitas orang yang dicintai, karena cinta bersifat responsif terhadap realitas, dan oleh karena cinta adalah kebaikan, ia menghendaki kebaikan orang yang dicintai, sedangkan apa yang baik bagi seseorang tergantung pada <i>bagaiamana </i>dan <i>siapa </i>yang dicintai.<br /> <br /> Aku mencintai ayahku sebagai "ayah" justru karena dia adalah ayah aku. Selain itu, bentuk yang diambil cinta harus berubah, secara halus atau tidak, ketika situasinya berubah. Bentuk cinta seorang anak kecil harus sesuai dan berbeda dengan orang dewasa. Jika seseorang menemukan bahwa objek cinta romantis (seseorang) memiliki kesamaan dengan orang tua, maka cinta seharusnya (tetapi mungkin tidak ) berubah menjadi bentuk persaudaraan. Jika sesorang yang kamu cintai menjadi pasangan orang lain, maka cinta romantis menjadi tidak mungkin, tetapi cinta harus berlanjut meski dalam bentuk atau jenis yang berbeda, tidak peduli apapun.<br /> <br /> Kamu dapat berkomitmen untuk mencintai seseorang meskipun ada perubahan, tetapi kamu perlu menyadari bahwa bentuk cinta perlu berubah sesuai situasi. Perubahan bentuk ini adalah sesuatu yang bisa kita tolak. Bahkan, terkadang, cinta mungkin mati daripada berubah. Tapi bukan itu yang seharusnya. Cinta terfokus pada <i>bagaimana </i>atau <i>siapa </i>yang dicintai dan kebutuhannya. Ketika orang yang dicintai dan kebutuhannya berubah, bentuk cinta harus berubah, kadang secara halus dan kadang secara radikal. <br /> <br /> Cinta selalu menawarkan hal-hal yang baik , karena itu mencintai sesorang bukanlah kejahatan. Tetapi seseorang memiliki bentuk cinta tertentu baginya, dan itu hanya baik ketika bentuk cinta sesuai dengan realitas dan situasi.

Aku setuju bahwa beberapa perbedaan bentuk cinta diperlukan. Tetapi cinta menuntut kita untuk memahami realitas orang yang dicintai, karena...

Memilih Memaafkan atau Memendam Amarah dan Dendam

Memilih Memaafkan atau Memendam Amarah dan Dendam

<img alt="memaafkan" class="img" src="https://4.bp.blogspot.com/-EbvdgSYgJJM/XCSxJbB0jfI/AAAAAAAAEqY/kZBiVqz7nSkqXOqq0vqK8WVYK0qaeodEgCLcBGAs/s1600/Memaafkan%2B-%2BNoesfil.jpeg" /> Memaafkan bukan berarti bahwa kamu menyetujui dan menerima kesalahan yang telah dilakukan seseorang terhadapmu sebagai suatu tindakan yang bisa dibenarkan. Bahkan, itu tidak mengurangi jumlah rasa sakit yang telah kamu terima selama itu. Memaafkan juga tidak bebarti bahwa kamu telah memberikan peluang kepada seseorang untuk kembali melakukan kesalahan berikutnya terhadapmu. Memaafkan, benar-benar bukan tentang sesorang yang telah menyaikiti kamu, namun itu sepenuhnya tentang dirimu sendiri, tentang bagaimana <b>kamu memilih untuk berdamai dengan rasa sakit yang selama ini kamu derita. kamu memaafkan untuk memastikan bahwa kemarahan, kebencian, kepahitan atau balas dendam tidak terjadi dalam dirimu</b>.<br /> <br /> <img alt="Amarah dandendam" class="left" src="https://4.bp.blogspot.com/-arT--Sz2UtQ/XCSx53_jtuI/AAAAAAAAEqg/O0FjoC-izHswU0XA3MJIE0GTf4voLjdjQCLcBGAs/s320/Amarah%2Bdan%2BDendam%2B-%2BNoesfil.jpeg" /> <br /> <br /> Hanya ketika kamu memilih untuk tetap <b>memendam amarah dan dendam </b>yang tidak terselesaikan, perasaan itu akan menjadi racun yang merampas keharmonisan dan kedamaian dalam hidupmu dari waktu ke waktu.<br /> <br /> Di situlah kamu mulai terobsesi dengan balas dendam. Seseorang melukaimu, kamu membalas melukainnya, dan hal yang sama berulang-ulang di semua tingkat kehidupanmu. Kamu akan berfikir bahwa tidak ada yang lebih memuaskan daripada menyakiti orang lain untuk membalaskan dendammu. Bukan kebetulan bahwa kamu tidak menyadari ketika itu kamu termasuk dalam "kategori" mereka.<br /> <br /> Ketika kamu memaafkan seseorang, itu berarti kamu melepaskan semua energi negatif yang telah kamu simpan dalam dirimu. kamu berdamai dengan itu semua, dan kamu siap untuk terus maju dan berkembang dalam kehidupan. Kamu tidak harus melupakan apa yang mereka lakukan, dan kamu sepenuhnya berhak untuk bersikap dengan hati-hati di sekitar mereka, untuk tidak mempercayai mereka, setidaknya sampai kamu membangun kepercayaan itu kembali.<br /> <br /> Pada ahirnya, Ini sepenuhnya pilihanmu. Kamu dapat memilih untuk tetap terjebak dan <b>menahan amarah dan dendam</b>, atau kamu dapat memilih untuk maju dengan melepaskan semua rasa sakit yang telah kamu terima. Namun demikian, pada dasarnya <b>memaafkan </b>adalah pilihan terbaik, sebab kamu tidak memaafkan demi kepentingan orang lain, namun kamu memaafkan orang lain demi kepentinganmu sendiri.<br /> <br />

Memaafkan bukan berarti bahwa kamu menyetujui dan menerima kesalahan yang telah dilakukan seseorang terhadapmu sebagai suatu tindakan yang...

Hadiah Belasungkawa

Hadiah Belasungkawa

<img alt="belasungkawa" class="img none" src="https://1.bp.blogspot.com/-184F9Xx9NBQ/YIfDlVZsIBI/AAAAAAAAKoE/Ztip3tX9rhE6qPoiuiUPU__BN63X-IwpQCLcBGAsYHQ/s0/29132.jpg"/> Saya berutang banyak belasungkawa di posting dan pesan facebook - Saya mendapatkan banyak sekali ucapan <b>“Saya turut berduka atas kepergian Ibumu”</b> di sana dari beberapa orang dan teman-teman. <br/><br/> Saat ini saya hanya ingin kopi dan saya ingin beridiam dalam kamar.<br/><br/> Beberapa dari teman-teman saya mungkin telah melihat situasi ini, tetapi memang saya merasa tidak bisa memulai hidup dengan cara yang benar:<br/><br/> Ketika saya pertama kali mulai duduk di halaman depan, salah satu hal terburuk yang saya dengar adalah <b>"Ini akan baik-baik saja".</b> Saya ingin bertanya, bagaimana bisa baik-baik saja? Sementara kata terburuk dalam kamus bahasa Indonesia adalah <b>"p-e-r-p-i-s-a-h-a-n."</b><br/><br/> Semua orang menepuk bahuku. Saya tidak berpikir ada sesuatu yang harus kuucapkan.<br/><br/> Terima kasih untuk semuanya. Semoga kalian baik-baik saja di setiap apapun, kapanpun dan di manapun.<br/>

Saya berutang banyak belasungkawa di posting dan pesan facebook - Saya mendapatkan banyak sekali ucapan “Saya turut berduka atas kepergian...

Ibu dan Rentang Waktu - 24

Ibu dan Rentang Waktu - 24

Malam terakhir pekan ke dua bulan oktober 2018, aku menemani ibu sepanjang malam. Dia terengah, menarik napas panjang dan mengeluarkannya, dadanya terasa sesak. Aku memberinya air hangat sebanyak yang kupastikan tanpa membuatnya tersedak. Pada saat itu, aku mulai bertanya-tanya berapa lama ini akan berlangsung. Dia terjaga dan tertidur, dan terja lagi, dan tertidur lagi, bernafas dengan ritme yang tak beraturan sepanjang malam. <br /><br /> Keesokan paginya, aku membawa ibu ke rumah sakit untuk menghinadari segala resiko jika keadaan memburuk lagi. <br /><br /> Tapi yang lebih buruk datang keesokan harinya. Dokter mengatakan tekanan darahnya tidak stabil. Aku berjaga selama tiga hari tiga malam, aku tidur di kamarnya. Malam pertama sangat mengerikan – mendengarkan dia berjuang untuk bernapas dan tidak berdaya untuk membantunya. Di malam kedua, detak jantungnya naik menjadi 140. Dan sejak saat itu, dia tidak sadar lagi. <br /><br /> Aku telah membuat keputusan sebagai keluarga untuk menyetujui segala tindakan medis sebagai langkah terbaik yang bisa kami lakukan. Aku menyetujui saran dokter untuk memulai memasang ventilator jika itu memang yang terbaik. <br /><br /> Pamanku yang datang untuk menemaniku berkata mungkin hanya dalam hitungan hari. “Tunggu,” kataku, “kupikir dia sedang melawan penyakitnya, dan mungkin akan sembuh?” Sungguh menakjubkan betapa kuatnya aku ingin menghindari akhir. Aku hanya memegang kata-kata harapan tanpa mempersiapkan diri. Kapan dia akan pergi? Tetapi aku tetap saja tidak berani meninggalkan ruangan, kalau-kalau dia mengembuskan napas terakhirnya pada saat itu. Aku bertekad untuk tidak membiarkan ibuku meninggalkan dunia ini sendirian. <br /><br /> Di belakang, aku tidak benar-benar mengerti apa artinya itu. Aku tidak mengerti bahwa ketika dia menutup matanya, dia tidak akan pernah membukanya lagi. Aku tidak mengerti bahwa ketika dia masih bebrbicara kepadaku, itu akan menjadi yang terakhir kalinya. Entah aku salah memahami dokter, atau aku tidak ingin memahami dokter. Kupikir dia masih bisa melihatku dan mendengarku. Dan mungkin dia tahu aku ada di sana, tapi sejak saat itu, dia tidak sadar lagi. <div id="gallery16"></div> <script> //<![CDATA[ $(function() { $('#gallery16').imagesGrid({ images: [ 'https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiyOwTKGYiTokTgsIazj9D38-fSAgvvN7uowXBd2HnCiheMnVI0f6KbIy8MIlgD6lHbXUYCIvm6oWhnc5m7kGMJ_-J0f3oU8Y6zvoNaGIdU2kU2dKLr6ewnRKc_CuDAiXqco2BuOMR6e8JlucD1ZvtyYeyOdKnO5nGRifUMJgqBi76SPcLr94bZRsnXgA' ], align: true, getViewAllText: function(imgsCount) { return 'View all' } }); }); //]]> </script>

Malam terakhir pekan ke dua bulan oktober 2018, aku menemani ibu sepanjang malam. Dia terengah, menarik napas panjang dan mengeluarkannya, d...